Dalam pengembangan peternakan unggas, khususnya jenis ayam lokal, Indonesia ternyata memiliki posisi khusus dan peran cukup potensial dalam dunia industri perunggasan global. Hasil suatu penelitian para ilmuwan sejumlah lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia menunjukkan ayam lokal Indonesia yang kaya keragaman genetik sangat berbeda dengan ayam lokal di negeri dan kawasan lain di dunia.
Hasil penelitian tersebut yang diungkapkan kembali oleh S.Iskandar dan T. Sartika dari Balai Penelitian Ternak, Bogor, telah mengambil kesimpulan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga pusat domestikasi di dunia. Ayam domestikasi di Indonesia berasal dari satu nenek moyang, yakni ayam hutan merah Gallus gallus (red junglefowl).
Dua pusat domestikasi ayam lainnya di dunia ialah Lembah Hindus dan sekitarnya di India, serta kawasan Sungai Kuning di Henan, China.
Penelitian tentang keanekaragaman sumberdaya hayati ayam lokal Indonesia itu dilakukan oleh para ilmuwan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balai Penelitian Ternak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran, dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian tersebut dengan menggunakan ilmu genetika molekuler, yakni teknologi DNA untuk membedakan berbagai spesies hewan serta hubungan kekeluargaan satu dengan lainnya antara spesies-spesies ayam domestikai (lokal). Cara demikian bisa memberi informasi ilmiah tentang hubungan kekerabatan rumpun ayam maupun nenek moyangnya.
Dalam dunia perunggasan internasional, dari segi nilai ekonomi ayam dibagi dalam dua kelompok yakni ayam asli dan ayam ras. Ayam lokal di dunia berasal dari ayam hutan yang seluruhnya terdiri dari empat spesies. Yakni ayam hutan merah/red junglefowl (Gallus gallus), ayam hutan abu-abu/grey junglefowl (Gallus sonnerati), ayam hutan India/ayam hutan Sri Lanka/junglefowl (Gallus lafayetii), dan ayam hutan hijau/green junglefowl (Gallus varius). Yang disebut terakhir hanya ada di Indonesia dan dijadikan tetua ayam bekisar. Sedangkan ketiga spesies lainnya didomestikasi untuk memperoleh daging dan telurnya.
Dalam sejarahnya, domestikasi ayam di dunia diperkirakan pertama kali terjadi sekitar 6000 tahun Sebelum Masehi di sekitar Sunga Kuning, Henan, China. Menyusul kemudian di Lembah Hindus, India, selanjutnya menyebar ke kawasan Timur Tengah, Afrika, Eropa dan Asia Timur. Maksud awal domestikasi ayam adalah menyediakan ayam sabung bagi kerajaan, yang berkembang sebagai bagian ritual pemujaan dengan persepsi lambang keperkasaan untuk ayam jantan dan lambang kesuburan bagi ayam betina.
Sumber : http://www.sinartani.com
31 Juli 2009
Ayam Lokal Indonesia Sangat Berbeda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Ayam Lokal Indonesia Sangat Berbeda”
Posting Komentar